Kita mulai pembahasan rinci mengenai pengunaan kata "Allâh" ini dari sudut bahasa. Kalimat "Allâh" berasal dari dua kata: al, dan ilâh. Al adalah kata sandang (banding bahasa Inggeris; the), dan ilâh bererti: “yang kuat”, dewa, dll.
kata ini menunjuk pada kuasa yang ada di luar jangkauan manusia, yaitu pada dewa atau tuhan. Sudah di zaman pra-Islam, al-ilâh telah disambung menjadi Allâh.
Dan dalam agama orang-orang Arab pra-Islam, kata ini digunakan untuk
menunjuk pada dewa yang paling tinggi di antara dewa-dewa yang lain yang
masing-masing mempunyai namanya sendiri. Namun kata Allâh itu sendiri bukan nama, sebagaimana diterangkan di atas1.
Dengan demikian, kata Allâh sudah ada dalam bahasa Arab sebelum Islam dalam zaman jahiliyyah atau zaman politheisme. Dan kalimat itu pun bukan ciptaan orang Islam, dan ia juga tidak baru muncul dalam Al-Qur'ân Al-karîm2,
melainkan, dari sudut bahasa, ia merupakan kata biasa dalam bahasa Arab
lepas dari ikatan dengan salah satu agama tertentu.Contohnya,nama bapa
nabi Muhammad sendiri ialah ‘Abdullah’ yakni bermaksud hambanya Allah. Akan
tetapi ayah Muhammad itu tidak pernah melihat anaknya Muhammad kerana
Abdullah sendiri telah meninggal dunia sebelum Muhammad berlahir! Agama
yang dianuti bapa Muhammad itu adalah agama keberhalaan yaitu menyembah
dewa-dewi suku Arab Quraisy dan Allah juga adalah Tuhan mereka.
Dalam bahasa Arab ada dua kata yang kedua-duanya diterjemahkan dengan Tuhan. Yang pertama adalah Rabb, yang kedua adalah Ilah.
Pertama akan dibahas tentang Rabb,
Rabb memiliki arti “Tuhan Sang Maha Pencipta” yang menciptakan
keseluruhan alam ini. Tidak hanya sekedar menciptakan tetapi juga
dimaksudkan sebagai “Sang Maha Pemelihara”. Dan juga setiap kejadian
tidak lepas dari-Nya sebagai sang maha Pengatur”. Dari sisi pengakuan,
tidak hanya kaum muslimin yang mengakui adanya Rabb. Banyak orang di
dunia barat tidak secara normal beragama tapi mereka mengakui adanya
“Dia” Tuhan Yang Maha Pencipta (Rabb)3.
Yang kedua akan dibahas tentang ilâh,
Ilah adalah Tuhan dalam artian sebagai yang disembah, tempat kita
memohon. Inilah yang membedakan seseorang adalah muslim atau bukan.
Seseorang biasa memiliki sesembahan berhala (kaum paganis), atau api
(zoroaster)atau matahari dan masih banyak lagi.
Di
kalangan suku-suku berbahasa Arab, nama ‘Allah’ itu adalah nama diri
dan generik Tuhan. Dan sebelum ada Islam, jauh sebelumnya, orang yang
berbahasa Arab yang menganut agama Yahudi maupun Kristen sudah menyebut ‘’El’
(dalam bahasa Ibrani /Hebrew) dalam dialek Arabnya yaitu ‘Allah.’ Di
kalangan orang Arab yang tidak menganut agama Yahudi dan Kristen, mereka
masih menyebut ‘El’ monotheisme Abraham dalam dialek Arab sebagai
‘Allah,’ ini dilakukan oleh kaum Hanif/Hunafa.
“Gagasan
tentang Tuhan Yang Maha Esa yang disebut dengan nama Allah, sudah
dikenal oleh bangsa Arab kuno. Kelompok keagamaan lainnya sebelum Islam
adalah Hunafa (Hanif), sebuah kata yang pada asalnya ditujukan pada
keyakinan monotheisme zaman kuno yang berpangkal pada ajaran Ibrahim dan
Ismail ( Hanif = digunakan dalam al-Quran dengan pengertian “orang yang
mengikuti keyakinan monotheisme.”) Sebuah kata sifat yang ditujukan
oleh al-Quran terhadap Nabi Ibrahim dan terhadap mereka yang sebelum
masa Islam menjaga kemurnian dan kelurusan naluri-naluri keagamaan
mereka dan sama sekali tidak terlibat dalam tradisi paganisme dan
politheisme. Mereka yang tergolong hunafa antara Nabi Ibrahim dan Nabi
Muhammad terdapat sejumlah generasi Ibrahimiyyah dan Isma’illiyah.
(Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, h.50-51,124).
Jauh
sebelum kehadiran agama Islam, orang Arab yang beragama Kristen sudah
menggunakan (baca: menyebut) Allah ketika mereka berdoa kepada el,
elohim, eloah. Bahkan tulisan-tulisan kristiani dalam bahasa Arab pada
masa itu sudah menggunakan allah sebagai padan kata untuk el, elohim, 'elôah (eloah = kepanjangan huruf kata vokal untuk menandai kebesaran). maka 'elôah dalam bahasa Ibrani adalah sama dengan bentuk ilâh dalam bahasa Arab. Dalam terjemahan Perjanjian Lama dan perjanjian Baru ke dalam bahasa Syria (suryani) yang digunakan di Syria sebelum munculnya Islam
kata yang digunakan untuk "Allâh" adalah lagi kata yang biasa digunakan
dalam bahasa-bahasa Semitik, yakni yang berakar dalam akar-kata 'El dan dalam bahasa Syria (suryani) diucapkan alâhâ, "dewa itu" yang sama ertinya dengan ha-'elôah dalam bahasa Ibrani, ho theos dalam bahasa Yunani dan Allâh (= al-ilâh) dalam bahasa Arab4.
Dengan
demikian tidak mengherankan pula bahawa orang-orang Islam menggunakkan
kata Allâh (= al-ilâh) untuk menunjuk kepada Allah yang benar, dan
orang-orang Yahudi dan Kristian baik yang sudah menggunakan bahasa Arab
sebelum agama Islam disebarkan mahupun yang kemudian menggunakan bahasa
Arab setelah wilayah mereka dikuasai oleh orang-orang Arab, memakai kata
yang sama itu pula sebagaimana terbukti dari syâ'ir-syâ'ir Kristian Arab pra-Islam dan tulisan-tulisan Kristian Arab sesudah Islam datang. Tidak masuk akal bagi orang Muslim pada waktu itu untuk mengurus bahasa orang yang bukan Muslim.
Jadi
kata Allâh sebagai salah satu kata yang memang tertanam dalam bahasa
Arab dan senantiasa digunakan oleh setiap orang yang menggunakan bahasa
Arab itu, lepas dari ikatan agamanya. Ia sudah digunakan oleh orang Arab
di zaman pra-Islam yang sering disebut "zaman jahiliyyah", kemudian dipegang bersama-sama orang Yahudi dan Kristian yang menggunakan bahasa Arab dan kemudian pula orang-orang Islam, semua berdasarkan latar belakang isi dan makna sesuai dengan pemahaman teologi masing-masing yang berbeda satu sama dengan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar